LAJUR.CO, KENDARI – Kota Kendari masih menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Sebab angka timbulan sampah di Kota Lulo terbilang tinggi.
Data Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari merinci setiap hari volume sampah yang dihasilkan masyarakat mencapai 243 ton. Jika dikalkulasi, dalam satu bulan rerata produksi sampah terutama beralsa dari limbah rumah tanggal menyentuh angka 7.200 ton.
Upaya penanggulangan sampah dihadapi DLHK Kendari kian ruwet lantaran Kota Lulo menerima tambahan sampah dari kabupaten-kabupaten tetangga.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Kendari, Paminuddin, mengungkapkan sebagian besar sampah berasal dari rumah tangga terutama di kawasan pemukiman.
“Sampah rumah tangga yang paling banyak karena memang produk sampah itu ada di dapur,” ucap Paminuddin, Senin (17/3/2025).
Daerah tetangga yang menyumbang timbulan sampah signifikan di Kota Lulo tambahan diantaranya berasal dari Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Muna dan Kota Baubau Bau-Bau. Bahkan, Pelabuhan Kendari menjadi salah satu titik masuk sampah dari kapal-kapal yang bersandar di sana.
“Kalau kita lihat, setiap feri datang bersandar, itu sampahnya seperti gunung dikasih turun dari kapal. Itu setiap hari, bukan hanya di kapal feri tapi dari kapal cepat dari Raha dan Bau-Bau,” tutur Paminuddin.
Tak hanya itu, beban sampah masuk dari daerah perbatasan seperti seperti perbatasan Kecamatan Puuwatu dan Abeli Sawa yang sampahnya berasal dari Konawe, serta perbatasan Batu Gong dengan Kota Kendari yang menjadi tempat pembuangan sampah petani ikan.
Ada pula warga dari Moramo dan Toronipa yang membawa sampah ke dalam Kota Kendari menggunakan mobil.
“Kalau saya kumpulkan semua sampah dari kabupaten tetangga itu, jumlahnya kurang lebih 10 ton per hari,” ungkap Paminuddin.
Dengan jumlah sampah yang semakin bertambah, petugas DLH Kota Kendari mesti bekerja ekstra keras. Saat ini, ada 39 unit kendaraan pengangkut sampah yang beroperasi setiap hari dengan total hampir 200 petugas yang bekerja dalam dua shift pagi hingga siang dan siang sampai malam.
Tingginya angka produksi sampah tak sebanding dengan jumlah sampah yang bisa didaur ulang. Dari total sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Puuwatu, hanya sebagian kecil yang bisa didaur ulang.
“Ada juga yang didaur ulang tapi sedikit, yang banyak itu dibuang tutup dengan metode Sanitary Landfill,” ujar Paminuddin.
Untuk menjaga kebersihan kota, DLH Kendari mengimbau masyarakat agar disiplin untuk membuang sampah sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
“Membuang sampah itu jam 5 sore sampai jam 5 pagi . Kalau semua lancar, jam 7-8 pagi kami angkut, dan kota bisa bersih. Tapi kalau setelah kami angkut ada yang buang lagi jam 9 atau 10 pagi, jadinya terlihat menumpuk lagi dan terkesan tidak diangkut,” kata Paminuddin.
Laporan : Ika Astuti