BERITA TERKINIHEADLINEHUKRIM

Sebelum Raimel Jesaja, Eks Kajati Sultra ini Juga Sempat Dilapor ke Jamwas Kejagung

×

Sebelum Raimel Jesaja, Eks Kajati Sultra ini Juga Sempat Dilapor ke Jamwas Kejagung

Sebarkan artikel ini
Eks Kajati Sultra Sarjono Turin.

LAJUR.CO, KENDARI – Nasib malang memimpa mantan eks Kepala Kejaksaan Tinggi Sultra Raimel Jesaja. Ia dicopot dari jabatan usai diperiksa oleh Jaksa Agung Muda Pengawasan Kejaksaan Agung (Jamwas Kejagung). Namun, sebelum Raimel, ada mantan Kajati Sultra lain yakni Sarjono Turin yang juga sempat diadukan ke Jamwas Kejagung.

Raimen Jesaja menggantikan Sarjono Turin pada 2 Maret 2022. Sarjono Turin sendiri diadukan ke Jamwas Kejagung terkait penetapan tersangka Direktur Utama PT Toshida Indonesia, La Ode Sinarwan Oda untuk yang kedua kalinya.

Dikutip dari Merdeka.com, Kuasa Hukum La Ode, Zakir Rasidin menyampaikan, penetapan tersangka kliennya sebelumnya telah dibatalkan oleh Pengadilan Kendari Melalui Putusan Praperadilan Nomor: 6/Pid.Pra/2021/PN.Kdi Tertanggal 27 Juli 2021. Namun, usai hasil sidang tersebut penyidik Kejaksaan Tinggi malah kembali menetapkan La Ode sebagai tersangka.

“Anehnya, sprindik atau surat perintah penyidikan yang digunakan untuk menetapkan klien kami sebagai tersangka adalah sprindik yang lama, yaitu saat klien kami ditetapkan pertama kali sebagai tersangka,” kata Zakir di Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Senin (27/9).

Baca Juga :  Indonesia Keluar dari 10 Besar Negara Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca

Zakir menyebut, penetapan La Ode sebagai tersangka diawali Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan Oleh Kementerian Kehutanan Pada tanggal 9 Oktober 2009, seluas 5.265,70 hektare kepada PT Toshida Indonesia untuk kegiatan eksploitasi nikel di Tanggetada, Kolaka, Sulawei Tenggara, sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.708/Menhut-II/2009 yang berlaku sampai dengan tanggal 10 Oktober 2027.

Kemudian pada 2019, Kementrian KLHK meminta kepada PT Toshida Indonesia agar melunasi Tunggakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Jika tidak, maka izinnya akan dicabut.

“Pada 15 Maret 2021 klien kami mendapatkan panggilan tentang permintaan keterangan terkait adanya dugaan tindak pidana korupsi pinjam pakai kawasan hutan. Atas panggilan tersebut, klien kami menghadiri panggilan dimaksud,” jelas Zakir.

Baca Juga :  Populasi di RI Terancam, Wanita yang Tinggal di Kota Enggan Hamil

Selanjutnya, pada tanggal 17 Juni 2021, La Ode diperiksa oleh penyidik Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara sebagai tersangka perkara tersebut. Gugatan praperadilan atas penetapan tersangka itu pun diajukan ke Pengadilan Negeri Kendari.

“Yang mana putusan praperadilan dimaksud mengatakan bahwa penetapan tersangka dan penyidikan perkara terhadap klien kami dinyatakan tidak sah, dan memerintahkan kepada penyidik untuk menghentikan penyidikan,” kata Zakir.

Putusan tersebut nyatanya disambut oleh Kejati Sulawesi Tenggara dengan menetapkan kembali La Ode sebagau tersangka. Namun tetap menggunakan sprindik yang sama persis dengan penetapan tersangka pertama kali, yakni Sprindik Nomor: Print-03/P/3/Fd.1/05/2021.

“Karena itulah kami menilai bahwa ada upaya kriminalisasi. Sebab jelas dan nyata dalam Putusan Praperadilan Pengadilan Kendari, memerintahkan kepada penyidik yang memeriksa perkara tersebut, agar menghentikan penyidikan perkara,” ujar Zakir.

Baca Juga :  Mantan Kajati Sultra Dicopot Usai Diperiksa Jamwas Kejagung, Status Jaksa Raimel Jesaja Juga Dicabut

Atas dasar itu, Zakir melanjutkan, penetapan tersangka itu bertentangan dengan Pasal 2 Ayat 3 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016 yakni Putusan Praperadilan yang mengabulkan permohonan tentang tidak sahnya penetapan tersangka, tidak menggugurkan kewenangan penyidik untuk menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka lagi setelah memenuhi paling sedikit dua alat bukti baru yang sah, berbeda dengan alat bukti sebelumnya yang berkaitan dengan materi perkara. Laporan atas perkara tersebut pun kini telah diterima Jamwas Kejagung dengan dibubuhi stempel resmi.

“Untuk kiranya segera memeriksa Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara dan memeriksa para penyidik yang memeriksa perkara tersebut, tentang basis data dan fakta serta alat bukti apa yang digunakan, sampai harus menetapkan klien kami sebagai tersangka untuk yang kedua kalinya,” Zakir menandaskan. Adm

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x