LAJUR.CO, KENDARI – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite yang terjadi sejak beberapa pekan terakhir di Kota Kendari kini makin parah. Masyarakat menyerbu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) hingga menyebabkan antrean mengular.
Keterbatasan pasokan Pertalite ini terjadi hampir di seluruh SPBU se-Kota Kendari selang dua pekan terakhir. Ironisnya, hal itu justru berbanding terbalik dengan pasokan Pertalite di lapak pedagang eceran.
Para papalele Pertalite yang mangkal di samping SPBU justru panen untung. Sebab, pengendara ramai-ramai beralih membeli ke pengecer lantaran stok Pertalite mereka aman di tengah sulitnya mendapatkan BBM subsidi di SPBU.
Para pengecer BBM tersebut bebas menjual BBM subsidi dengan membuka lapak persis disamping SPBU di Kota Kendari.
Salah seorang penjual bensin eceran, Rani mengaku memperoleh pasokan bensin yang banyak tersebut dari oknum-oknum yang memanfaatkan keadaan. Kata Rani, ada yang ikut antre di SPBU sampai mendapatkan bensin dan menjualnya kembali ke pedagang eceran.
“Kita dikasi dari pengantre. Kadang ada yang datang langsung membawa bensin, tapi tidak menentu, begitu juga pengantre. Jika ada yang datang dan membawakan bensin, kami ambil. Jika tidak, kami tidak ada bensin,” tuturnya, Selasa (17/09/2024).
Kini, masyarakat pun banyak yang memilih beralih ke penjual bensin eceran. Meskipun harus membayar harga yang jauh lebih mahal daripada harus mengantri lama di SPBU.
“Pertalite sering habis di Pertamina, dan banyak sekali yang mengantri. Orang memilih membeli di sini daripada menunggu di Pertamina, apalagi jika mereka buru-buru dan malas mengantri di bawah terik matahari,” ucapnya.
Lanjut Rani, dia biasanya membeli bensin dari para pengantre di SPBU mulai dari harga Rp390 ribu -Rp400 ribu. Sebelum terjadinya kelangkaan Pertalite, dia hanya merogoh kocek Rp380 ribu untuk mendapatkan bensin dari perantara.
Mereka mengaku hanya mengambil keuntungan tipis dari penjualan bensin tersebut. Harga jual bensin per liternya pun tetap sama seperti biasanya, namun takarannya dikurangi.
Harga beli bensin dari pengantre mencapai Rp12 ribu per liter, sementara harga jual di lapak Rani sekitar Rp13 ribu per liter.
“Harga bensinnya tetap sama, kalau kita belikan bensin dengan harga Rp400 ribu, kita kurangi sedikit itu takarannya,” ungkap Rani.
Meski tidak banyak mengambil keuntungan, keberadaan para pedagang bensin eceran seperti Rani justru sangat berarti bagi masyarakat. Mereka mendapatkan alternatif tempat membeli bensin tanpa harus mengantre berjam-jam di Pertamina.
Kelangkaan pertalite membuat stok tidak menentu, sehingga terkadang mereka harus berhenti berjualan untuk sementara waktu.
“Kadang kita tidak dapat pasokan sama sekali. Kalau sudah begitu, kita hanya bisa menunggu. Tapi ya, alhamdulillah, kadang-kadang masih ada yang bisa kita jual,” pungkasnya.
Seorang pengendara bernama Wine menyebut, mereka terpaksa membeli Pertalite ke pedagang eceran karena tak punya pilihan meskipun harga dibanderol jauh lebih mahal.
Pasalnya, stok pertalite di SPBU acapkali habis. Sementara, tangki motornya sudah kehabisan stok. Jika tak diisi cepat, ia tak bisa menggunakan kendaraan untuk beraktivitas.
Di beberapa SPBU ditemukan jika warga mengantre berjam-jam hanya untuk mendapatkan Pertalite. Situasi diakui sangat membebani pengendara yang bergantung pada BBM subsidi untuk rutinitas mereka.
Laporan : Ika Astuti