LAJUR.CO, KENDARI — Insiden keributan keluarga pasien yang terekam dalam video dan viral di media sosial pada Sabtu malam (21/6) di RSUD Muna Barat menimbulkan kehebohan publik.
Video tersebut memperlihatkan sejumlah keluarga pasien melampiaskan emosi secara agresif kepada tenaga kesehatan. Termasuk aksi seorang pria yang tampak mengejar petugas sambil membawa sebuah kursi. Kursi berwarna hijau melayang ke arah salah seorang petugas.
“Tidak ada ambulance mau jalan. Bagaimana ambulance tidak ada bahan bakarnya, adoh lucu ini rumah sakit,” ujar seorang wanita dalam video berdurasi 1 menit 38 detik.
Tak hanya itu, kata-kata kasar pun dilontarkan oleh anggota keluarga lainnya. Mereka mengklaim jika biaya administrasi telah dibayarkan namun tak mendapat pelayanan maksimal.
“Uang administrasi sudah dibayar, ambulance tidak ada,” lanjut seorang wanita sambil meneriakkan kata-kata tak senonoh.
Akibat kericuhan tersebut, beberapa material di meja pelayanan ikut terkena dampaknya. Sejumlah dokumen dan peralatan medis terlihat berhamburan di lantai rumah sakit.
Petugas pun lari ketakutan, menghambur diri ke halaman rumah sakit menghindari amukan dari keluarga pasien tersebut.
Merespons aksi anarkis yang tengah viral, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Muna Barat, Al Rahman, menyesalkan tindakan keluarga pasien tersebut. Ia menerangkan jika tindakan medis terhadap pasien bersangkutan telah dilakukan sesuai prosedur.
Kejadian itu, kata Al Rahman bermula usai kedatangan seorang pasien asal Desa Mekar Jaya, Kecamatan Tiworo Tengah bernama Ny. Andriani (52). Perempuan paruh baya ini mengalami kecelakaan lalu lintas dan dibawa ke IGD RSUD Muna Barat sekitar pukul 12.30 WITA.
Setibanya di IGD, pasien dalam kondisi sadar penuh dengan keluhan utama berupa nyeri kepala dan tangan. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dinyatakan dalam kondisi stabil dan tidak dalam kondisi kritis.
“Saat tiba di rumah sakit, pasien dalam kondisi sadar penuh dan kooperatif saat ditanya-tanya oleh petugas medis,” terang Al Rahman.
Penanganan medis segera diberikan. Tim medis memasang infus, memberikan oksigen serta beberapa injeksi seperti Ranitidine, Ketorolac, Asam Traneksamat, dan Citikolin. Pemeriksaan laboratorium lengkap juga dilakukan.
Proses rujukan pasien menjadi titik krusial. RS Hermina sebagai rumah sakit rujukan pertama tidak dapat menerima pasien karena keterbatasan ruangan. Pasien kemudian berhasil dirujuk ke RS Bahteramas dan diterima pada pukul 15.00 WITA .
Sambil menunggu proses administrasi dan kesiapan ambulans, tenaga medis diminta pihak RS Bahteramas untuk menstabilkan kondisi pasien dan memasang kateter.
Menurut Al Rahman, saat itulah suasana mulai memanas. Beberapa anggota keluarga pasien merasa proses rujukan dan pengantaran menggunakan ambulans terlalu lama.
Hal itu memicu kekecewaan dan kemarahan yang meledak dalam bentuk kekerasan verbal dan fisik terhadap petugas yang berada di tempat.
Imbas dari peristiwa itu, saat ini tengah beredar pula flyer seruan aksi dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Muna Barat. Seruan aksi terjadwal pada hari Senin (23/6) berangkat dari Tugu Jati Raha menuju Polres Muna.
Poster informasi rencana aksi tersebut juga disertai tagar #SavePerawat. Mereka akan menggelar gerakan solidaritas melaporkan tindakan pengancaman, kekerasan dan pencemaran nama baik terhadap tenaga kesehatan RSUD Muna Barat. Red