LAJUR.CO.KENDARI – Kehadiran anak jalanan dan pengemis di Kota Kendari terus meningkat. Mereka biasanya mangkal di sejumlah ruas jalan ramai atau lampu merah.
Saat ramadan, jumlah anak jalanan serta pengemis kian ramai memadati titik-titik pemberhentian kendaraan roda dua maupun roda empat di Kota Lulo.
Hasil wawancara jurnalis Lajur.co menemukan fakta para pengemis yang acap kali terlihat di lampu merah bukan saja merupakan warga Kota Kendari. Ada yang bahkan jauh-jauh datang dari Makassar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Ibu Dambia yang sehari-hari mengemis di lampu merah diantaranya mengaku berasal dari Kecamatan Tallo Makassar. Ia dan suaminya sudah cukup lama merantau ke Kota Kendari. Ibu Dambia memboyong serta 4 orang anaknya yang masih kecil.
Pasutri asal Makassar tersebut mengaku sudah 10 tahun hidup di jalanan, menjadi pengemis sambil berjualan tisu di lampu merah.
“Sebenarnya saya juga cukup sedih, sudah 10 tahun hidup disini. Sedihnya karena anak-anak saya ikut melarat bersama saya di jalanan seperti ini,” ungkap Ibu Dambia, seorang penjual tisu asal Makassar.
“Harusnya mereka mau sekolah, tapi kondisi ekonomi yang menghimpit akhirnya tidak ada pilihan lain,” tambah Dambia.
Setiap hari mulai pukul 10 pagi hingga pukul 10 malam, Ibu Dambia dan rekan-rekannya menjual tisu di lampu merah. Sedang anak-anak mereka mengais rezeki dari aksi meminta – minta kepada pengendara.
Karena seringnya mangkal di lampu merah, mereka tidak peduli jika sewaktu waktu ditabrak oleh para pengendara.
Beberapa kali, Ibu Dambia mengaku diamankan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) saat razia anjal dan pengemis. Namun himpitan ekonomi memaksanya kembali melakukan aksi minta-minta di jalanan.
“Kami sudah sering dikenai razia tim Satpol PP, dan akhirnya kami dibebaskan juga. Kami akan tetap kembali ke sini, karena ini adalah mata pencaharian buat kami,” tutupnya.
LAPORAN : APRI