LAJUR.CO, KENDARI – Di usia yang masih belia, dua bocah di Kota Kendari ini terpaksa berjibaku mencari nafkah dengan cara memulung sampah agar bisa membiayai kebutuhan sekolah. Nasib Iyan (11) dan Feline (9) sangat berbeda dengan anak-anak sebayanya yang sibuk mengisi masa kecil dengan penuh keceriaan bermain dan belajar.
Kondisi perekonomian keluarga yang memprihatinkan mengharuskan Iyan harus banting tulang bekerja mengumpulkan uang. Iyan mengumpulkan pundi-pundi rupiah dari hasil jualan barang-barang rongsokan yang ia kumpul saban hari.
Iyan merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Saat ini ia masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) kelas 3. Meskipun ia bekerja membantu orangtuanya mencari nafkah, ia tidak lupa dengan pendidikannya.
Bahkan ia ingin bisa menabung agar kelak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. Kedua orang tuanya pun bangga melihat semangat Iyan. Meski masih usia anak-anak, Iyan sudah mengerti dengan keadaan keluarganya.
Setiap hari, Iyan menghabiskan waktu dengan memulung barang-barang bekas. Mulai dari sampah plastik seperti botol-botol minuman, kardus, dan sejenisnya. Setelah terkumpul banyak, barang tersebut kemudian dijual kepada pengepul.
Hasil mulung sampah diperoleh Iyan setiap hari tidak menentu. Untuk bekas botol minuman dibanderol dengan harga Rp4500 per 1 kg. Sementara untuk harga kardus, dapat dijual sekitar Rp20.000 sampai Rp35.000 per 1 kg. Besaran rupiah yang diperoleh tergantung dari ukuran dan kondisi sampah.
Meski keseharian Iyan dihabiskan mencari barang-barang bekas, ia tak pernah lupa akan kewajibannya menuntut ilmu. Aktivitas memulung dilakukan sepulang dari sekolah. Biasanya, usai mengikuti kegiatan belajar di sekolah dasar Iyan langsung sigap menenteng kantung plastik dan berkeliling untuk mencari barang bekas.
Bocah ini mengaku kerap mencari sampah di seputaran lampu merah Jalan Malik Raya, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga. Untuk mendapat lebih banyak barang sasaran, ia harus berangkat lebih awal dan harus berjalan jauh di sepanjang jalan tersebut.
“Jadi berangkatnya itu selepas pulang sekolah, mulai siang sampai sore biasanya jam 13.00 WITA sampai jam 17.00 WITA ,” ucap Iyan saat diwawancarai tim Lajur.co, Senin (4/3/2024).
Hal itu juga dilakukan Feline Fauziah. Bocah 9 tahun tersebut bernasib sama dengan Iyan, bergelut dengan sampah sebagai pemulung demi mendapatkan rupiah. Feline merupakan anak pemulung yang setiap harinya membantu ikut orang tua mencari nafkah untuk keluarganya.
“Kalau untuk hasil memulung, sehari kadang dapat Rp2000, kadang Rp3000 dari memulung,” ujar Feline.
Selain mencari barang bekas, Feline juga menjual makanan ringan. Makanan ringan yang ia jual merupakan hasil olahan kerupuk dari gula dan dijajakan di pinggir jalan. Dia mengaku mendapat pasokan kerupuk dari tantenya yang bekerja sebagai penjual kerupuk.
Beberapa kali, dirinya juga menawarkan barang dagangannya itu kepada sejumlah pemilik toko di kawasan Kota Kendari. Setiap harinya, Feline membawa jajan itu sebanyak 30 hingga 55 buah kantong. Feline mematok harga jual satu kerupuk sekitar Rp5000.
“Biasanya kalau masih banyak kita jual di malam hari, kalau sisa sedikit kita jual saat sore. Kadang juga kalau tidak laku, kita jual mi di pasar,” kata Feline.
Penghasilan yang didapat dalam sehari pun tidak menentu. Terkadang Feline hanya mendapat Rp1000 – Rp2000 untuk setiap satu bungkus kerupuk. Dia mendapat komisi tergantung dari berapa banyak kerupuk yang terjual.
“Kita digaji kak, kalau lakunya satu bungkus, kita dapat Rp1000 dan kalau lakunya dua bungkus kita dapatnya Rp2000,” ucap Feline.
Ia mulai bekerja dari jam 10.00 WITA sampai pukul 22.00 WITA. Waktu ini dia bagi dengan berjualan kerupuk sambil memulung barang – barang bekas.
Laporan : Nining Astuti