SULTRABERITA.ID, KENDARI – Dua hari lagi, persisnya tanggal 25 Januari 2020 masyarakat Tionghoa di Kota Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) dan seluruh penjuru dunia bersiap merayakan Hari Raya Imlek.
BACA JUGA :
- Berbarengan Gubernur Sultra, Bupati Yusran Akbar Serahkan LKPD Unaudited Tahun 2024 ke BPK
- Reuni Alumni SMP Negeri 1 Baubau Angkatan 2000 Dirangkai Aksi Baksos
- Lebaran Nusantara Honda 2025: Apresiasi ke Konsumen Loyal melalui Service Visit Spesial
- Pertamina Sulawesi Hadirkan Serambi MyPertamina, Ada 10 Layanan Unggulan untuk Pemudik
- Indosat Perkuat Jaringan dengan AI, Hadapi Lonjakan Konektivitas di Ramadan & Lebaran
Tiga Vihara besar yakni Vihara Tekad Maitreya Kemaraya, Vihara Eka Dharma Manggala Lapulu, Vihara Ratana Dipa Wuawua menandai eksistensi komunitas Tionghoa di Kota Lulo.
Vihara – vihara tersebut sendiri kini mulai bersolek. Dihias aneka ornamen khas Imlek. Seperti lampion, hiasan kertas bercorak sesuai sio tahun, pohon bunga, tulisan fu hingga taplak merah. Barongsai ditampilkan saat puncak Imlek.
Beberapa hotel besar di Kendari seperti PlazaInn Kendari dan Claro Hotel Kendari tak kalah menampilkan nuansa Imlek pada desain interior jelang hari raya masyarakat Tionghoa.
Angpao sendiri menjadi hal wajib ada perayaan Imlek tiba. Tradisi berbagi angpao paling ditunggu saat hari raya masyarakat China.
Tahukah Anda, jika angpao hanya boleh dibagikan oleh mereka yang telah menikah.
Berikut Sultraberita.id merangkum sejarah dan fakta seputar ‘Angpao Imlek’ yang dikutip dari KompasTravel.com
1. Penyebutan Angpao
Sebenarnya penulisan yang tepat adalah ‘ang pow’, kata ini berasal dari Bahasa Hokkian. Dalam bahasa Mandarin angpao disebut Hongbao. Orang Tionghoa-Indonesia yang mempopulerkan penyebutan dan penulisan angpao.
2. Sejarah Angpao
National Library Board Singapore menjelaskan bahawa angpao berasal dari legenda kuno China. Ada delapan dewa yang mengubah diri menjadi koin untuk membantu pasangan lansia menyelamatkan anak mereka dari iblis bernama Sui.
Saat Imlek tiba, delapan koin ini harus dibungkus kertas merah dan ditaruh di bawah bantal anak-anak agar terhindari dari iblis. Jadinya ada sebutan Ya Sui Qian yang berarti, uang yang dapat menangkal iblis.
Legenda ke dua dipercaya berasal dari Dinasti Tang. Saat Kaisar Xuanzong baru mendapat keturunan. Ia memberi koin emas dan perak kepada orang banyak untuk digunakan sebagai jimat pelindung bayi. Lantas perbuatan ini dicontoh masyrakat biasa.
3. Wajib Sejak Abad ke-12
Sejak Dinasti Song tepatnya abad ke-12, memberi uang di angpao atau disebut Li Shi dalam Bahasa Kanton menjadi kewajiban. Orang tua memberi ke anak-anak dan atasan memberi ke bawahan. Biasanya uang diberi dengan bungkusan kain sutra atau pakaian.
Kertas merah atau hongbao baru ada sejak abad ke 19. Saat ini juga berlaku hanya orang yang sudah menikah yang boleh memberi angpao.
4. Tata Cara Pemberian Angpao
Siapa saja boleh menerima angpao. Sebaliknya tidak semua orang boleh memberi angpao. Hanya orang yang sudah menikah yang boleh memberi angpao karena dianggap sudah dewasa.
Bagi yang sudah dewasa tetapi belum menikah tetap boleh menerima angpao. Sebab angpao juga identik sebagai lambang pembawa berkah termasuk jodoh.
5. Jumlah Uang di Angpao
Pemberian uang sesuai dengan kemampuan masing-masing pemberi. Namun, yang pasti total pemberian angpao saat tahun baru harus berjumlah genap, tidak boleh ganjil. Sebab jumlah ganjil identik untuk angpao yang diberi untuk momen duka cita.
Sumber : KompasTravel.com