SULTRABERITA, KENDARI – Rapat mitigasi virus Corona diinisiasi DPRD Sultra, Selasa 28 Januari 2020 mengungkap fakta baru. Nyaris tak ada data valid terkait jumlah TKA China yang datang bekerja di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Khusus di Morosi yang menjadi basis terbesar imigran Tiongkok, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sultra menyebut hanya ada 25 TKA China di PT Virtue Dragon Nickel Industri (VDNI) terupdate pemerintah pada periode Januari 2020.
Itupun belum sepenuhnya mengantongi KITAS sebagai syarat utama bagi para pekerja asing beraktifitas di Indonesia. Para pekerja asal China itu hanya memegang dokumen Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RKTA).
Dokumen ini diterbitkan oleh Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi RI (Depnakertrans) sebelum akhirnya KITAS (Kartu Ijin Tinggal Terbatas) para TKA dikeluarkan.
BACA JUGA :
- Produksi Ikan di Kota Kendari Surplus, Tahun 2024 Tembus 24 Ribu Ton
- PT Vale Gandeng PDGI Beri Layanan Operasi Gratis Puluhan Anak Penderita Celah Bibir & Langit-Langit
- Pj Gubernur Andap ‘Borong’ Dagangan Pelapak di Sela Sidak Pasar Tradisional
- Polda Sultra Sosialisasi Keselamatan Lalu Lintas ke Sopir Truk & Angkot di Terminal
- Rayakan Valentine Dengan Promo Bundling Cokelat & Bunga di Toko Beauty Kendari
“Sampai sekarang itu ada 25 orang. Itu yang terdata. Itu belum punya dokumen KITAS (Kartu ijin Tinggal Terbatas). Yang mereka pegang baru RKTA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing),” ujar salah atau Kabid Disnakertrans Sultra, Asmawati di DPRD Sultra mewakili kehadiran Kadisnakertrans, Saemu Alwi yang berhalangan hadir dalam rapat bersama DPRD Sultra.
Jumlah ini sangat timpang dengan hasil kunjungan lapangan anggota DPRD Sultra di lokasi tambang Morosi. Di mana, mereka menemukan sekitar 400 lebih tenaga kerja asal China aktif bekerja di Mega Industri Kabupaten Konawe.
Lain lagi, Plt Kepala Diknas Kesehatan Sultra, dr Andi Hasnah justru menyebut jumlah TKA China di Morosi kini mencapai 724 orang.
Amburadulnya data TKA China ini tak ayal membuat Wakil Ketua DPRD Sultra, Muh Endang SA bingung.
“Kita pusing. Disana lain. Disini lain,” ucap Endang yang memimpin rapat DPRD Sultra kemarin.
Pengumpulan data jumlah TKA China dilakukan dalam rangka pencegahan wabah corona di Sultra.
Politisi Demokrat itu menyebut Sultra menjadi daerah yang sangat rawan terjangkit virus kerabat MERS. Ini lantaran masifnya aktifitas hilir mudik TKA Tiongkok. Baik melalui jalur udara di Bandara Haluoleo dan pelabuhan laut. Sebagian besar bekerja perusahan tambang salah satunya adalah PT VDNI di Konawe.
Adapun hasil rapat DPRD Sultra menghasilkan beberapa rekomendasi dalam rangka mencegah wabah Corona. Diantaranya adalah penghentian sementara arus masuk TKA Tiongkok baru maupun turis di Sultra. Selanjutnya Pemprov Sultra diminta segera membentuk tim mitigasi virus Corona beranggotakan Forkopimda dan instansi terkait melalui SK Gubernur Sultra.
Menyusul kacaunya data TKA di Sultra, DPRD Sultra menekankan agar Disnakertrans dan pihak imigrasi meningkatkan pengawasan terhadap orang asing yang masuk ke Bumi Anoa. Terutama yang bekerja di sektor pertambangan. Adm